CP - BERDAMAI
BERDAMAI
Rembulan
telah berganti dengan mentari, pagi telah datang bertanda terukir kembali
kenangan baru untuk dikenang di sore hari. Pagi datang ku bertanya pada
diri, apakah ku siap untuk mengadapi hari. Namaku Arin, seorang remaja yang
biasanya sedang di mabuk asmara. Tapi, tidak lagi untuk sekarang. Bagi ku
membuka hati kembali sama saja dengan membuka luka yang akan menusuk hati.
Seperti
biasa, pagi ku berangkat sekolah. Mengikuti pelajaran yang selalu menuntut ku
untuk memahaminya, pernah berpikir. Untuk apa sekolah ketika kita belum
memahami diri sendiri, untuk apa memahami banyak materi ketika kita tidak tahu
apa hakikat kehidupan tanpa materi, sudah itu saja.
“Rin,
mau langsung pulang?” tanya sahabat terbaik ku. Vanya, yang lebih sering ku
panggil Anya“mau
ke toko buku dulu nya.”“perlu
ditemenin?” tanya anya sekali lagi“gapapa,
bisa sendiri ko” jawabku“yaudah,
aku pulang duluan ya rin ..” ucapnya sambil berjalan keluar kelas dan
meninggalkan ku sendiri... Lagi.
Berjalan
memasuki toko buku, atmosfer yang sama dengan keadaan yang berbeda. Ku berjalan
menuju rak buku yang disana bertuliskan novel.
Ya, ku sangat menyukai membaca. Membaca apa saja asalkan jangan menyuruku
untuk membaca masa lalu, tidak bisa ku terima. Menemukan novel yang kuinginkan,
ku langsung membawa ke kasir untuk membayarnya, dan pergi meninggalkan tempat ini.
Sesampainya di rumah ibu
menyuruku untuk makan namun aku sedang tidak lapar dan ku balas dengan ucapan nanti
kalau sudah lapar. Memasuki kamar, berganti baju, membereskan tas dan
membuka buku yang baru saja kubeli. Aktivitas yang sering kulakukan setelah dia
pergi adalah membaca dan mendengarkan musik. Dengan membaca aku bisa memahami
segala sesuatu dari pandangan yang berbeda. Dengan mendengarkan musik sedih, kecewa,
marah, keputus asaan pun akan menjadi melodi indah yang selalu ku dengarkan.
Setidaknya dengan alunan musik membuat ku tidak seperti orang yang kehilangan
akal sehat karena terlalu banyak merenung.“Arinn,
bangun... kamu ini selalu aja ketiduran kalo baca novel” omelan ibu mengawali
hariAku
terbangun dan melihat jam, sudah pukul lima. Aku langsung mengikuti arahan ibu. kembali ke sekolah, anya kali ini lebih banyak
bercerita.
Ya
memang sih dia selalu punya bahan apapun untuk dibicarakan, berbeda dengan ku
yang selalu memilih diam di setiap keadaan. bel istirahat berbunyi, sebagian
besar murid murid berlarian keluar kelas entah untuk ke toilet, perpustakaan,
kantin, ataupun hanya ingin keluar dari ruangan yang sesak ini. Tapi tidak
dengan ku, masih ditempat yang sedari pagi ku singgahi mengeluarkan novel dan
melanjutkan membaca. Anya ke kantin sendiri, dan sudah biasa katanya. Tidak
banyak anak yang masih di kelas, tidak ku pedulikan dan langsung membaca.
Menengok ke jendela layaknya seorang sedang ketahuan mengintip, orang itu kabur
dari tempatnya, siapa dia. Pertanyaan itu muncul di benak ku, tak lama anya
datang dan menanyakan 'kenapa?' ku hanya membalas dengan sedikit gelengan.
Sepulang
sekolah aku berpisah dengan anya di depan gerbang. Aku tidak menuju jalan ke
rumah ku, namun aku berbalik arah. Aku sudah bilang ke ibu kalau nanti pulang
sekolah aku sedikit telat karena aku mau ke suatu tempat. Sesampainya disana
aku memasuki area taman, tidak terlalu ramai tapi sudah banyak orang yang
menghabiskan waktu disana. Berbeda dengan ku, tujuan pertama diriku kesini
karena seseorang. Seseorang yang entah sedang apa dan entah
mengingatku atau tidak. Berjalan
mendekati tempat duduk yang langsung berhadapan dengan danau. Mengingat dahulu,
menghabiskan sore hari dengan duduk disini bertukar cerita, menikmati matari terbenam yang tanpa sadar, kedua hati sudah jatuh kepangkuan. Mengukir cerita yang pada akhirnya
akan disimpan dan dikenang sendiri dengan perasaan putus asa.
Sampai
kapan aku harus meratapi ini sendiri? Sampai kapan bayang-bayang dirimu berjalan di benak diri, sampai kapan kata 'kehilangan' menetap di raga ini? Benteng
pertahanan runtuh, tetesan air mata turun tanpa seizin empunya. Berfikir
perjuangan ku sudah cukup sampai disini, tetapi hati terus merajuk untuk selalu
sabar menanti titik cerah akhir bahagia dari kisah ini. Merasa ada seorang yang
sedang memperhatikan, kusegera menghapus sisa air mata. Menengok dan
mendapatkan seorang yang tidak asing. Berseragam sekolah sama dengan ku, dia
menatapku dengan
tatapan simpati. Aku pun
tidak butuh tatapan itu ucapku dalam hati
“hai”
ucapnya dengan wajah tanpa dosa.Aku
mengabaikannya dan bersiap untuk pergi meninggalkan tempat.Dengan cepat ia menarik tanganku tanda untuk tetap disini.
“lepasin
tangan gue” ucapku tiba-tiba“ingin
megenang masa lalu, tetapi tidak ingin sendiri. Melihat mu merenung membuat ku
ingin ikut merenung juga” ucapnya dengan santai. Aku hanya diam.“Dunia
ini keras ya” ucapnya lagi“Nggak
keras, kalo kita bisa ngikutin hukum alam” ucapku menanggapi“Berdamai
dengan masa lalu mungkin dunia akan sedikit berbaik hati kepada kita.”“ajarkan
cara berdamai dengan masa lalu” ucapku menanggapi. Lelaki tersebut berbalik
menatapku.lagi-lagi aku terdiam menatap tenangnya danau.“mungkin
cukup dengan memahami kehidupan, hakikat kehidupan misal” ucapnya.
“Di
dunia ini tidak ada yang namanya selamanya, dunia pun tidak pernah mengatakan
kalau ia akan selamanya. Apalagi kita yang hanya remah-remah dari dunia. Setiap
sesuatu pasti ada yang datang dan pergi, jangan terlarut dengan kesedihan.
Buatlah kesedihan tersebut pelajaran berharga yang tidak bisa kamu dapatkan
dengan bersekolah 12 tahun lamanya. Jangan cepat kecewa karna tuhan tidak mau
melihat hambanya yang sangat ia sayangi kecewa apalagi hanya karena hambanya
yang satu lagi. Jangan cepat lelah dengan kehidupan bahwasannya masih ada hari
esok yang mungkin akan lebih berat dari sekarang. Jangan sia-siakan air mata
berharga mu hanya karena kenangan yang tidak izin terlebih dahulu masuk,
jadikan kenangan sebagai pengalaman berharga yang suatu saat nanti akan kamu
kenang dengan seorang yang tidak akan membiarkanmu kecewa terhadapnya sekalipu.”
Ucapnya lagi. Diriku mematung mendengar perkataannya.
“Dunia
itu tidak selalu tentang cinta. Kalaupun kamu punya kisah yang tidak bagus
sebelumnya, cukup simpan di dalam kotak dan kunci kotak tersebut. Jangan
sekali-kali kamu mencari kunci dari kotak tersebut. Lanjutkan hidupmu dengan
dunia baru, mimpi-mimpi yang terhambat sedang menunggu di depan sana. Buktikan
bahwa kamu bisa berdamai dengan masa lalu dan melanjutkan kehidupan dengan
lebih baik lagi. Buktikan bahwa masa lalu tidak seburuk yang kalian ketahui
apabila tidak diungkit kembali dan dijadikan pelajaran.” ucapnya kembali.
Benteng pertahananku kembali runtuk, tetasan air mata kembali jatuh. Lelaki
tersebut bangun dan menatapku dengan penuh harapan. “terus semangat” ucapnya
lagi dan tersenyum lalu pergi begitu saja, meninggalkan sebuah pelajaran tentang
berdamai dengan masa lalu.
Keesokan
harinya ku menjalani hari dengan lebih ringan, tidak seberat keamarin-kemarin.
Mencoba belajar berdamai dengan masa lalu. Butuh waktu yang lama untuk berdamai
tetapi sedikit-sedikit akan menjadi bukit. Datang dan pergi memang
sepaket, tidak sempat ku berterima kasih. Namun akan selalu kuingat pelajaran
yang berharga tersebut.
NOTE :
Sekian lama hiatus di dunia blogger ini, hari ini saya kembali membawa konten yang dulu pernah saya jadikan bahan untuk tugas membuat cerpen di sekolah. Stay safe gais, keadaan lagi tidak terkontrol dan tetap #dirumahaja. Ada yang bilang 'Pembaca yang baik, adalah pembaca yang meninggalkan jejak dibacaannya' Kritik dan Saran sangat berarti....
Terima Kasih... Tetap Sehat... dan Tetap Bahagia ^^
request puisi dong kaka :)
ReplyDelete